Blogroll

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, February 18, 2013

Pengertian Sosiologi Pendidikan Menurut Para Ahli

Pengertian Sosiologi Pendidikan Menurut Para Ahli

E. Goerge Payne (dalam Faisal dan Yasik, 1985) yang merupakan bapak sosiologi pendidikan memberikan penekanan bahwa dalam lembaga-lembaga, kelompok-kelompok sosial dan proses sosial terdapat hubungan yang saling terjalin, di mana di dalam interaksi sosial itu individu memperoleh dan mengorganisasikan pengalamannya.
Berikut ini adalah beberapa pengertian-defenisi sosiologi pendidikan menurut para ahli:
  1. F.G. Robbins, pengertian sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
  2. H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
  3. Pro f. DR S. Nasution,M.A., Pengertian Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
  4. F.G Robbins dan Brown, Pengertian Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
  5. E.G Payne, Pengertian Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
  6. Drs. Ary H. Gunawan, Pengertian Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan antara lain meliputi pokok-pokok berikut ini.
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
  • Hubungan pendidikan dengan sistem sosial atau struktur sosial,
  • Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan,
  • Fungsi pendidikan dalam kebudayaan,
  • Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
  • Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya.
2. Hubungan antar manusia di dalam sekolah
Lingkup ini lebih condong menganalisis struktur sosial di dalam sekolah yang memiliki karakter berbeda dengan relasi sosial di dalam masyarakat luar sekolah, antara lain yaitu:
  • Hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar sekolah, dan
  • Pola interaksi sosial dan struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah/lembaga pendidikan
  • Peranan sosial guru-guru/tenaga pendidikan,
  • Hakikat kepribadian guru/ tenaga pendidikan,
  • Pengaruh kepribadian guru/tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak/peserta didik, dan
  • Fungsi sekolah/lembaga pendidikan dalam sosialisasi murid/peserta didik.
4. Lembaga Pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah/lembaga pendidikan. Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu
  • Pengaruh masyarakat atas organisasi sekolah/lembaga pendidikan,
  • Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistemsistem sosial dalam masyarakat luar sekolah,
  • Hubungan antarsekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan, dan
  • Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat berkaitan dengan organisasi sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat

Sejarah Sosiologi Pendidikan

Sejarah Sosiologi Pendidikan

Sejarah Sosiologi Pendidikan

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak, sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan social yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial out dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga ketetangga[6].
Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas statika social dan dinamika social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1.   Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2.   Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3.   Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4.   Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif[7].
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga pendidikan[8].
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu[9]:
a.   fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat sosial.
b.   Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase ini mulai adanya keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
c.   sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat.
Sedangkan Saint Simon dianggap sebagai “perintis jalan” bagi sosiologi. Ia bermaksud membentuk ilmu yang disebut “Psycho-Politique”.
Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot (1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi menjadi tumbuh sendiri.
d.   pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
D. Tujuan dan Kegunaan Sosiologi
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut[10]:
  1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
  2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
  3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
  4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
  5. Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
  6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC), pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke (1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut[11]: (1) analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain, sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universalm tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya system pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan: (1) untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, (2) meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam (3) meningkatkan martabat manusia Indonesia, (4) mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,mmeningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional[12].
Kegunaan atau faedah sosiologi untuk kehidupan sehari-hari, yaitu[13]:
1.   Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran/pengertian tentang berbagai problem sosial, sehingga dapat dicari solusinya secara tepat dan akurat.
2.   Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian tentang masyarkat secara luas, sehingga dengan gambaran tersebut para perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola pembangunan yang paling sesuai agar berhasil.

MATERI SOSIOLOGI SMA / MA

MATERI SOSIOLOGI SMA / MA

SUB POKOK BAHASAN
• STRUKTUR SOSIAL
• KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
• MOBILITAS SOSIAL
• MASYARAKAT MULTIKULTURAL
• KELOMPOK SOSIAL DALAM MASY MULTIKULTURAL INDONESIA
• PERUBAHAN SOSIAL
1. STRUKTUR SOSIAL
• UNSUR PEMBENTUK :
STATUS, PERANAN, TINGKAH LAKU, INTERAKSI & HUBUNGAN SOSIAL INDIV STRUKTUR SOS
• BENTUK : MASY, KLP, LEMBAGA
C. DIFERENSIASI SOSIAL :
VERTIKAL, HORISONTAL
• BENTUK : TRADISIONAL & MODERN, RAS & ETNIS, AGAMA & KEPERCAYAAN, JENDER, PROFESI, KLAN, SUKU BANGSA
• STRATIFIKASI SOSIAL : PERBEDAAN STATUS/PERAN MENURUT KELAS/STRATA
LANJUTAN …
• JENIS : ALAMI, USAHA
• FAKTOR : KEKAYAAN, KEKUASAAN, KEHORMATAN, PENDIDIKAN
• SIFAT : TERBUKA, TERTUTUP
• BENTUK : SISTEM KASTA, KELAS SOSIAL, FEODAL, APARTHEID
• FUNGSI : RANGSANGAN, PEMBAGIAN KERJA, KESEMPATAN & GAYA HIDUP
• BIDANG : EKONOMI, STATUS SOSIAL, POLITIK
PENGARUH DIFERENSIASI & STRATIFIKASI PADA MASY
• KESEHATAN : TIDAK LANGSUNG
• PENDIDIKAN : LANGSUNG
• HARAPAN HIDUP : TIDAK LANGSUNG
• KEADILAN SOSIAL : LANGSUNG/TIDAK LANGSUNG
2. KONFLIK & INTEGRASI SOSIAL
A. KONFLIK : saling memukul, 2 Org /klp berusaha saling menyingkirkan dan membuatnya tdk berdaya
• Konflik social : tdk ada masy tanpa konflik
• FAKTOR : INDIV, KEBUD, KEPENTINGAN, PERUBH SOS
• KONDISI KONFLIK : ORANG TUA, SUAMI/ISTERI, ANAK, KERABAT, DI SEKOLAH, PEKERJAAN, POLITIK, AGAMA, ETNIK, KLP SOSIAL, PRIBADI, DNG ORANG LAIN, DLL.

• DAMPAK
• Menguatkan solidaritas anggota klp (ingroup)
2. Menimbulkan keretakan hub antar klp
3. Menimbulkan perubh sikap, perasaan thd sesuatu: dendam, benci, curiga, dll.
4. Kerusakan fisik, harta benda, hilangnya nyawa
5. Dominasi, penaklukan satu klp atas klp lain
6. Konflik menghasilkan konflik; krn yang dicapai pihak satu tidak diakui/diterima pihak lain
KONFLIK & KEKERASAN
• KEKERASAN : KONFLIK TERBUKA, MANIFES,TDK TERKENDALI
• DOMINASI SUMBERDAYA (LANGKA)
• PENGENDALIAN :
KONSILIASI, MEDIASI, ARBITRASI
• WIN-WIN SOLUTION :
KONSILIASI, DIALOG, MUSYAWARAH-MUFAKAT, SEPAKATI ATURAN BERSAMA, SALING MENGHORMATI & MENGHARGAI


3. MOBILITAS SOSIAL
A. MOB SOSIAL : PERPINDAHAN/PERGESERAN STATUS & PERANAN INDIV, KLP MENURUT LAPISAN SOSIAL (NAIK-TURUN)
• JENIS :
VERTIKAL, HORISONTAL, LATERAL (GEOGRAFIS)
• RUANG LINGKUP :
- INTRAGENERASI (STAF, KASI, MANAJER),
- ANTAR GENERASI (KAKEK, AYAH, ANAK)

• FAKTOR-FAKTOR :
• PENDORONG :
STATUS SOSIAL,KEADAAN SOSIAL EKONOMI, POLITIK, PENDUDUK
• PENARIK :
LAP KERJA, TANTANGAN, FASILITAS, KEMUDAHAN, HUBUNGAN SOSIAL, DLL
• PENGHAMBAT :
PERBEDAAN RAS & AGAMA, KELAS, IKATAN SOSIAL/BUD,MISKIN, JENDER
• SALURAN MS VERTIKAL :
TNI/POLRI, AGAMA, PENDIDIKAN, ORGN SOSEK
• DAMPAK MS
• KEMAJUAN
• PERUBAHAN SOSIAL
• KECEMASAN & KETEGANGAN
• KERETAKAN KLP PRIMER
• KONFLIK :
ANTAR INDIV, KELAS, KLP
4. MASY MULTIKULTURAL
• MASY MULTIKULTURAL
MASY MAJEMUK DNG :
KOMPOSISI SEIMBANG, MAYORITAS DOMINAN, MINORITAS DOMINAN, FRAGMENTASI
• SIFAT : SEGMENTASI KLP, KLP NON KOMPLEMENTER, KONSENSUS NILAI FUNDAMENTAL, KONFLIK SUB-BUDAYA, PAKSAAN & KETERGANTUNGAN SOSEK, DOMINASI POLITIK
• INDIKATOR : RAS, BAHASA, WIL GEOGRAFIS, AGAMA, BUDAYA


• MASY INDON MULTIKULTUR
• DIFF HORISONTAL & VERTIKAL
• HORISONTAL :
RAS, SUKU BANGSA, AGAMA, JENDER
• VERTIKAL :
SEJARAH, GEOGRAFIS
• PERMASALAHAN
KONFLIK : TINGKAT (IDEOLOGI, POLITIK); JENIS (RASIAL, SUKU, AGAMA)
INTEGRASI : BHS INDON, PERSATUAN &
KESATUAN, PANDANGAN HIDUP, GOTONG ROYONG, SENASIB, KAWIN
DISINTEGRASI : KETIDAKSEPAKATAN NILAI
REINTEGRASI : KESEPAKATAN/PEMAHAMAN KEMBALI

KLP-KLP SOSIAL DLM MASY MULTIKULTUR
• BERDASARKAN RAS
• BAHASA
• SUKU BANGSA
• PERBEDAAN AGAMA
• PERBEDAAN JENDER
• DAMPAK & KONSEKUENSI
• INTERSEKSI
• KONSOLIDASI
• AKULTURASI
• PRIMORDIALISME
• STEREOTIPE ETNIS
• SEKTARIAN (BERDASARKAN ALIRAN)
• PLURALISME & NASIONALISME
• SIKAP KRITIS, TOLERANSI & EMPATI THD HUB KEANEKARAGAMAN & PERUBH SOSIAL
• SIKAP KRITIS
KEANEKARAGAMAN : PENGHORMATAN
PERUBH SOS : SELEKTIF, PERBAIKAN
• TOLERANSI
KEANEKARAGAMAN : NILAI, PENGHARGAAN
PERUBH SOS : PENGUATAN & PENGEMBANGAN POTENSI
• EMPATI
KEANEKARAGAMAN : NILAI, PEMIKIRAN, PENDAPAT
PERUBH SOS : INOVASI YANG MENGUATKAN POTENSI

6. PERUBAHAN SOSIAL
• PS : PERUBH STRUKTUR & FUNGSI MASY
• PERUBH SOSIAL : MIKRO, MAKRO
- PS TERENCANA & TDK TERENCANA
• FAKTOR PENYEBAB
INTERNAL : PENDUDUK, TEMUAN BARU, KONFLIK SOS
EKSTERNAL : FISIK/ALAM, PERANG, PENGARUH BUD LUAR
• FAKTOR PENDORONG
BUD LUAR, PENDIDIKAN, TOLERANSI, PELAPISAN TERBUKA, PENDUDUK HITEROGIN, KETIDAK PUASAN MASY, ORIENTASI MASA DEPAN, PERBAIKAN HIDUP
• FAKTOR PENGHAMBAT
TERTUTUP, PERKB IPTEK LAMBAT, SIKAP APATIS/TRAD, KEMAPANAN, HUB LUAR KECIL,


• MODERNISASI
• MODERNISASI : PENERAPAN IPTEK DLM SELURUH PROSES KEHIDUPAN MASYARAKAT
• SYARAT :
RASIONAL, EFISIENSI, TERORGANISASI, INOVATIF, DISIPLIN, SENTRALISTIK
• DAMPAK :
DISORGANISASI SOS, KESENJANGAN BUD & DISINTEGRASI SOS

• GLOBALISASI
• GLOBALISASI : PERUBH SOS MAKRO DI MANA INDIV, MASY BERHUB TIMBAL BALIK, SALING MEMBUTUHKAN DNG MASY DI NEG2 LAIN; PASAR BEBAS, NEG TANPA BATAS
• DAMPAK :
GEGAR BUD, KESENJANGAN BUD, MEMPERKAYA UNSUR KEBUD INDON
• TANTANGAN :
JATI DIRI INDIV, MASY & BANGSA, PENGHAYATAN PS LEMAH, BHS INDON, LEGITIMASI AGAMA, DEKADENSI MORAL, PERUBH PERILAKU

Bab. IV MOBILITAS SOSIAL

Bab. 4. MOBILITAS SOSIAL

Bab. IV 
MOBILITAS SOSIAL 

A.  Pengertian Umum :
  • Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. 

Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility) Pengertian menurut Ahli : 


  • Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. • 

  • Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. 



  • Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
    B. Bentuk-bentuk mobilitas sosial 

    Dilihat dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas social vertical dapat dibedakan lagi menjadi social sinking dan social climbing. Sedangkan mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah (geografis) dan mobilitas antargenerasi.


    1. Mobilitas vertikal
    Mobilitas Vertika : adalah perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :

    • Mobilitas vertikal keatas
    • Mobilitas vertikal ke bawah

    A. Mobilitas vertical ke atas (Sosial Climbing) Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang
    Sosial climbing memiliki dua bentuk, yaitu :

    • Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia. Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah. 
    • Terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada. Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik. 
    Adapun penyebab sosial climbing adalah sebagai berikut :
    •  Melakukan peningkatan prestasi kerja 
    • Menggantikan kedudukan yang kosong akibat adanya proses peralihan generasi
    B. Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking) Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.

    Social sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
    •  Turun nya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya. 
    • Tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Tim Juventus terdegradasi ke seri B. 
    Penyebab sosial sinking adalah sebagai berikut.:
    •  Berhalangan tetap atau sementara.
    •  Memasuki masa pensiun. 
    • Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di pecat dari jabatannya. 
    2. Mobilitas horizontal 
    Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.

    Ciri utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
    • Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya. 
    Mobilitas social horizontal dibedakan dua bentuk :
    • Mobilitas social antar wilayah/ geografis Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.Cara untuk melakukan mobilitas sosial 
    • Mobilitas antargenerasi Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi. 
    Mobilitas antargenerasi dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan mobilitas intergenerasi.
    • Mobilitas intragenerasi adalah  mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi. 
    • Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan status atau kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi. 
    Mobilitas intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
    • Mobilitas intergenerasi naik 
    • Mobilitas intergenerasi turun Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat dan anaknya sebagai kepala desa.(intergenerasi turun) 
    C. Hubungan Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial 

    Seperti yang dijelaskan diatas bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan status ataukedudukan dari satu lapisan ke lapisan yanhg lain. Perpindahan tersebut terjadi dalam suatu struktur sosialyang berdimensi vertikal, artinya mudah-tidak nya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur sosial masyarakatnya.

    1. Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka

    Masyarakat yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada para anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat berupa sosial climbing ataupun sinking. Dalam sistem stratifikasi soaial yang terbuka memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan kreatif dalam melakukan perubahan-perubahab untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya
    Prinsip umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka adalah sebagai berikut:
    • Tidak ada satu pun masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal 
    • Seterbuka apapun suatu masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada hambatan-hambatan. 
    • Setiap masayarakat pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe yang berlaku umum bagi setiap masyarakat. 
    • Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang berbeda-beda. 
    • Mobilitas sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak menunjukkan adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang laju mobilitas sosial.
    2. Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang Tertutup 

    Pada masyarakat yang menganut sistem stratifikasi sosial tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan nilai-nilai tradisional. Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam. Mereka lebih memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya perubahan. Dari uraian diatas, jelas terdapat hubungan antara mobilitas sosial yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang dengan struktur sosial masyarakat tempat seseorang atau sekelompok orang tersebut berada.
    Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
    • Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan. 
    • Perkawinan Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut. 
    • Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas. 
    •  
    D. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial 

    Faktor Pendorong Mobilitas Sosial : 
    A. Faktor Struktural
    Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
    •  Struktur Pekerjaan Disetiap masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh anggota masyarakat yang bersangkutan 
    •  Perbedaan Fertilitas Setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai kedudukan tinggi atau rendah 
    •  Ekonomi Ganda Suatu negara mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah. 
    B. Faktor Individu Faktor individu
    adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
    • Perbedaan Kemampauan Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan dalam mobilitas sosial. 
    • Orientasi Sikap terhadap mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
    • Faktor kemujuran Walaupun seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami kegagalan. 
    •  
    C. Status Sosial
    Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.

    D. Keadaan Ekonomi 
    Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas

    E.Situasi Politik 
    Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.

    F. Kependudukan (Demografi)
    Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.

    G. Keingina Melihat Daerah Lain 
    Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.

    H. Perubahan kondisi sosial 
    Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.

    I. Ekspansi teritorial dan gerak populasi 
    Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.

    J.Komunikasi yang bebas 
    Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.

    K. Pembagian kerja
    Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.

    L. Kemudahan dalam akses pendidikan 
    Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

    Faktor penghambat mobilitas sosial
    Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
    • Kemiskinan Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit 
    • Diskriminasi Kelas Sistem kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan 
    • Perbedaan Ras dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya. 
    • Perbedaan jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam masyarakat. 
    • Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku. 
    • Perbedaan Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk memperebutkan sesuatu. 
    •  
    E. Saluran-Saluran Mobilitas Sosial 

    1. Angkatan Bersenjata Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasabya ikut berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
    2. Pendidikan Pendidikan, baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya 
    3. Organisasi Politik Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya. Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif 
    4. Lembaga Keagamaan Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal, meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sederajat 
    5. Organisasi Ekonomi Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas vertikal. 
    6. Organisasi Profesi Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas vertikal, antara lain ikatan 
    7. Perkawinan Melauli perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya,seseorang wanita yang berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan naiknya status sosial nya sang wanita 
    8. Organisasi keolahragaan Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi 
    Cara umum memperoleh status
    Secara umum terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh status social, yaitu melalui askripsi dan melalui prestasi 

    • Askripsi, yaitu cara memperoleh kedudukan melalui kelahiran, contohnya system kasta dan gelar kebangsawanan
    • Prestasi, yaitu cara memperoleh status atau kedudukan dengan usaha sendiri. 

    Cara khusus untuk menaikan status :

    • Perubahan tingkah laku Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya. Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing. 
    • Perubahan nama Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"
    • Perubahan tempat tinggal Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
    • Perubahan standar hidup Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan. 
    • Bergabung dengan organisasi tertentu Untuk meningkatkan statusnya seseorang dapat bergabung dengan organisasi tertentu , sebagai contoh bergabung dengan organisasi yang berkelas.

    G. Dampak Mobilitas Sosial 

    Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
    Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antara nya:
    1. Adanya kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
    2. Timbulnya ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
    3. Keterangan hubungan anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah. 
    Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai berikut.
    • Dampak Positif :
    1. Mendorong Seseorang untuk lebih maju Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi. 
    2. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang Lebih Baik Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
    3. Meningkatkan Intergrasi Sosial Terjadi nya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi soaial. 
    • Dampak Negatif :
    1. Timbulnya Konflik Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut. : 1) Konflik Antarkelas Dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya konflik antar kelas. 2) Konflik Antarkelompok sosial Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Konflik ini dapat berupa: a. Konflik antara kelompok sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern b. Proses suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang 3) Konflik Antargenerasi Konflik yang terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
    2. Berkurangnya Solidaritas Kelompok Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang yamg mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya 
    3. Timbulnya Gangguan Psikologis Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut. :


  • Menimbulkan ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.

  • Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya

  • Mengalami frustasi atau putus asa dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat mencapainya.
  • Bab 3. KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

    Bab 3. KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

    BAB III.
    KONFLIK SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL


    Pengertian Konflik
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih(atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tak berdaya.


    Dalam Bahasa latin : Configere artinya saling memukul.

    Pengertian Konflik menurut Ahli :
    • Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan /atau kekerasan.
    • Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi , kebudayaan dan perilaku.

    Faktor-faktor Penyebab Konflik
    Soejono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik yaitu :
    • perbedaan antarindividu,
    • perbedaan kebudayaan ,
    • perbedaan kepentingan dan
    • perubahan sosial.

    Perbedaan antarindividu
    Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
    Sebagai contoh anda ingin suasana belajar tenang tetapi teman anda ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut teman anda itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam diri anda. Sehingga terjadi konflik.

    Perbedaan Kebudayaan
    Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
    Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.

    Perbedaan Kepentingan
    Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.

    Perubahan Sosial
    Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
    Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatny, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.



    Bentuk-bentuk Konflik

    Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :
    1. Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
    2. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.

    Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas Lewis A. Coser membedakannya lagi kedalam dua bentuk konflik berbeda, yaitu :
    • Konflik In-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu sendiri
    • Konflik Out-Group adlah konflik yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lain.

    Menurut Soerjono Soekanto konflik dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu :
    • Konflik atau pertentangan pribadi
    • Konflik atau pertentangan rasial
    • Konflik atau pertentangan antar kelas-kelas sosial
    • Konflik atau pertentangan politik
    • Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional

    Berdasarkan Sifatnya :
    • Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang , rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok orang . Pada titik tertentu konflik ini dapat merusak atau menghancurkan sebuah hubungan.
    • Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini menghasilkan konsesus dari perbedaan pendapat menuju sebuah perbaikan.

    Berdasrkan posisi pelaku yang berkonflik
    • Konflik vertikal, konflik antar komponen masyarakat didalam suatu struktur yang bersifat hirarkis
    • Konflik horisontal,konflik antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan relatif sama.
    • Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan aloksi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan ekstrim, contoh konflik poso


    Berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik
    • Konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui semua pihak, contoh konflik antara Israel dengan Palestina
    • Konflik tertutup, konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik

    Berdasarkan konsentrasi aktivitas Manusia di dalam masyarakat:
    • Konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibedakan menjadi dua,yaitu :
    1.      Konflik sosial vertikal : konflik yang terjadi antara masyarakat dengan negara.
    2.      Konflik sosial horisontal : konflik yang terjadi antar etnis, suku atau agama




    • Konflik Politik, yaitu konflik yang terjadi akibat terjadi karena perbedaan kepentingan yang berkaitan dengan kekuasaan
    • Konflik Ekonomi, konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari pihak yang berkonflik.
    • Konflik Budaya, konflik akibat adanya perbedaan kepentingan budaya dari pihak yang berkonflik.
    • Konflik Ideologi, konflik akibat perbedaan paham yang diyakini oleh seseorang atau sekolompok orang , contoh konflik saat G30-S/PKI

    Dari sudut psikologi sosial, Ursula Lehr mengemukakan konflik sebagai berikut :
    • Konflik dengan orangtua
    • Konflik dengan anak-anak sendiri
    • Konflik dengan keluarga
    • Konflik dengan orang lain
    • Konflik dengan suami atau istri
    • Konflik disekolah
    • Konflik dalam pemilihan pekerjaan
    • Konflik agama
    • Konflik pribadi


    Dampak Sebuah Konflik

    Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi positif dan dari segi negatif.
    Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:
    1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas di telaah.
    2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
    3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
    4. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
    5. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
    6. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
    7. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.

    Segi negatif dari konflik :
    1. Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.
    2. Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
    3. Berubahnya kepribadian para individu.
    4. Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.


    Konflik Dan Kekerasan

    • Dalam KBBI kekerasan didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabakan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.



    • Secara sosiologis kekerasan umumnya teradi saat individu atau kelompok yang berinteraksi mengabaikan norma-norma dan nilai sosial dalam mencapai tujuan masing-masing.Akibatnya terjadilah konflik yang bermuara  kekerasan.

    Teori – teori tentang Kekerasan :

    Menurut Thomas santoso, terdapat 3 teori tentang kekerasan, yaitu :
    1. Teori Kekerasan sebagai tindakan aktor(individu) atau kelompok
      • Manusia melakukan kekerasan karena adanya faktor bawaan, seperti kelainan genetik atau fisiologis

    1. Teori Kekerasan Struktural
    ·        Kekerasan bukan berasal dari orang tertentu melainkan terbentuk dalam suatu sistem sosial. Para ahli memandang kekerasan tidak hanya dilakukan oleh aktor atau kelompok semata melainkan dipengaruhi oleh suatu struktur.

    1. Teori Kekerasan sebagai kaitan antara aktor dan struktural
    ·        Konflik merupakan sesuatu yang telah ditentukan sehingga bersifat endemik bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ada 4 jenis kekerasan yang diidentifikasikan, yaitu :
    a.       kekerasan terbuka (yang dapat dilihat)
    b.      kekerasan tertutup (kekerasan tersembunyi, berupa ancaman)
    c.       kekerasan agresif (kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu, penjambretan)
    d.      kekerasan defensif (kekerasan yang dilakukan untuk melindungi diri)

    Salah satu bentuk kekerasan kolektif yang akhir-akhir initerjadi adalah : terorisme.



    Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan

    Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu konsoliasi, mediasi dan arbitasi.

    Konsoliasi
    Dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak yang bertikai.

    Mediasi
    Dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator.

    Arbitasi
    Dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.

    Ajudication
    Cara penyelesaian konflik melalui pengadilan






    INTEGRASI SOSIAL

    Pengertian Integrasi Sosial
    ·        Dalam KBBI integrasi diartikan pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat

    ·        Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya.

    Pengertian integrasi sosial menurut ahli :
    • Menurut Baton : integrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan pada ras tersebut

    Syarat terjadinya Integrasi
    Menurut  William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff, syarat  terjadinya integrasi sosial adalah :
    • Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka
    • Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai dan norma
    • Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten

    Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi
    • Homogenitas kelompok, pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi sangat mudah tercapai , demikian sebaliknya.
    • Besar kecilnya kelompok, jumlah anggota kelompok mempengaruhi cepat lambatnya integrasi karena membutuhkan penyesuaian diantara anggota.
    • Mobilitas geografis, semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi maka semakin mempengaruhi proses integrasi
    • Efektifitas komunikasi, semakin efektif komunikasi, maka semakin cepat integrasi anggota-anggota masyarakat tercapai.


    Bentuk-bentuk integrasi sosial
    • Integrasi Normatif : integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku dimasyarakat,  contoh masyarakat Indonesia dipersatukan oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika
    • Integrasi Fungsional, integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya fungsi-fungsi tertentu dalam masyrakat. Contoh Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi masing-masing, suku bugis melaut, jawa pertanian, Minang pandai berdagang.
    • Integrasi Koersif, integrasi yang terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa.. Dalam hal ini penguasa menggunakan cara koersif.

    Proses Integrasi

    • Asimilasi : berhadapannya dua kebudayaan atau lebih yang saling mempengaruhi sehingga memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli.

    • Akulturasi : proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing (baru), sehingga kebudayaan asing (baru) diserap/diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri, tanpa meninggalkan sifat aslinya.

    Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial
    • Adanya tolerasnsi terhadap kebudayaan yang berbeda
    • Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi
    • Mengembangkan sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya
    • Adanya sikap yang terbuka dengan golongan yang berkuasa
    • Adanya persamaan dalam unsur unsur kebudayaan.
    • Adanya perkawinan campur (amalgamasi)
    • Adanya musuh bersama dari luar.

    BAB. II. STRATIFIKASI SOSIAL

    Bab 2. STRATIFIKASI SOSIAL


    BAB. II. STRATIFIKASI SOSIAL  

    1.1 Pengertian
    Secara harafiah:
    dari bahasa latin yaitu stratum dan socius.
    • stratum : tingkatan 
    • socius : teman atau masyarakat 
    • secara harafiah stratifikasi sosial berarti Tingkatan-tingkatan yang ada dalam masyarakat
    • Menurut ahli: 
    • Pitrim A. Sorokin: Pembeda penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
    • Max Webber: Penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise. 
    • Paul B.Horton dan Chester : Sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat Dari Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan kelas-kelas secara vertikal yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang lebih tinggi sampai yang paling rendah 
    1.2 Faktor-faktor penyebab Terbentuknya stratifikasi sosial Faktor-faktor penyebab Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat didukung oleh: a. Perbedaan ras dan kebudayaan b. Adanya spesialisasi dalam bidang pekerjaan. c. Adanya kelangkaan dalam masyarakat menyangkut pembagian hak dan kewajiban. 1.3 Dasar-dasar stratifikasi sosial Kriteria untuk menggolongkan masyarakat ke golongan tertentu ditentukan oleh: a. Kekayaan. b. Kekuasaan. c. Kehormatan. d. Pendidikan/pengetahuan. 1.4 Unsur-unsur stratifikasi sosial Stratifikasi sosial memiliki dua unsur yaitu: a. Status b. Peran     Status Adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.       3 cara memperoleh status:
    • Ascribe Status, merupakan kedudukan yang di peroleh seseorang melalui kelahiran. 
    • Achived Status, merupakan status atau kedudukan seseorang yang diperoleh melalui usaha-usaha yang disengaja. 
    • Assigned Status, merupakan status atau kedudukan yang diberikan. 
    Peran Adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peranan.       Menurut Soerjono Soekanto di dalam peran mengandung tiga hal:
    • Norma-norma di dalam masyarakat. 
    • Konsep tentang yang dilakukan 
    • Perilaku individu 
    Gambar :

    1.5 Sifat-sifat stratifikasi sosial Stratifikasi memiliki tiga sifat, yaitu: a. Stratifikasi tertutup b. Stratifikasi sosial terbuka c. Stratifikasi sosial campuran Stratifikasi Tertutup Adalah Sistem pelapisan yang jalan masuk menjadi anggota atau warga suatu pelapisan tertentu hanyalah melalui kelahiran. Contoh Pelapisan pada masyarakat berkasta, pada masyarakat dengan sistem feodal, atau pada masyarakat yang masih menggunakan kriteria ras sebagai dasar pelapisan sosialnya. Gambar :

       Stratifikasi Terbuka Adalah Setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, atau turun ke pelapisan sosial yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung. Contoh Masyarakat di negara industri maju atau masyarakat pertanian yang telah mengalami gelombang modernisasi. Gambar :

    Stratifikasi Campuran Adalah Stratifikasi gabungan antara stratifikasi terbuka dan tertutup. Contoh Kehidupan masyarakat Bali, walaupun budaya masyarakatnya tertutup, tetapi secara ekonomi sistem pelapisan sosialnya bersifat terbuka. Gambar :

    Wujud Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial Ekonomi Pembagian/stratifiksi masyarakat berdasarkan ekonomi akan membedakan masyarakat atas kepemilikan harta. Berdasarkan kepemilikan harta. Masyarakat dibagi dalam tiga kelas.: a. Kelas atas, terdiri dari kelompok orang-orang kaya dengan leluasa dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan secara berlebihan. b. Kelas menengah, terdiri dari kelompok orang-orang yang berkecukupan yang sudah bisa memenuhikebutuhan pokok (primer). c. Kelas bawah, Terdiri dari orang-orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Arisoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi tiga kelas, yakni : a. golongan sangat kaya, b. golongan kaya, dan c. golongan miskin. Arisoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut dalam sebuah piramida. : 1. Golongan sangat kaya 2. Golongan kaya 3. Golongan miskin Gambar :


    Dari Tiga kelas sosial masing-masing masih dapat dibagi menjadi subkelas sehingga kalau digambarkan akan menjadi sebagai berikut. : a. Kelas atas : 1. Kelas atas atas (AA) 2. Kelas atas menengah (AM) 3. Kelas ata bawah (AB) b. Kelas menengah 1. Kelas menengah atas (MA) 2. Kelas menengah menengah (MM) 3. Kelas menengah bawah (MB) c. Kelas bawah 1. Kelas bawah atas (BA) 2. Kelas bawah menengah (BM) 3. Kelas bawah bawah (BB) Wujud Sosial Kriteria sosial Pelapisan masyarakat secara sosia; ialah sistem pengelompokan masyarakat menurut status umumnya nilai status sosial dalam masyarakat diukur dari prestis (gengsi). Contoh: orang lebih memilih bekerja dikantor dari pada menjadi pedagang Pada masyarakat Bali, status masing-masing orang ditentukan berdasarkan kasta sehingga tidak memungkinkan untuk berpindah status. Hal lain yang dianggap penting adalah menyangkut: a. Hukum adat b. Perkawinan c. Sopan santun Wujud Politik Pelapisan masyarakat berdasarkan kriteria politik, berarti pembedaan penduduk atau wujud masyarakat menurut kriteria wewenang dan kekuasaan-kekuasaan. Menurut Max Iver, ada tiga pola umum sistem status sosial: a. Tipe kasta b. Tipe oligarkhi c. Demokratis a. Tipe kasta Ciri-ciri: - Memiliki sistem stratifikasi kekuasaan dengan garis besar pemisah yang tegas dan kaku. - Garis pemisah antara masing-masing pelapisan hampir tidak mungkin ditembus. - Biasa di jumpai pada masyarakat berkasta. - Bersifat tertutup b. Tipe Oligarkhi Ciri-ciri: - Garis pemisahnya tegas diantara strata tapi perbedaan antara status yang satu dengan yang lain tidak begitu    mencolok. - Pelapisan dapat ditembus, karena bersifat terbuka. - Biasa terdapat pada negara Tasisme atau Feodaly berkembang. - Kedudukan dipengaruhi oleh faktor kelahiran. c. Tipe demokratis Ciri-ciri: - Adanya pemisah antara lapisan yang sifatnya bergerak - Faktor kelahiran tidak menemukan kedudukan seseorang, yang terpenting adalah kemampuan dan kadang-kadang faktor keberuntungan. 1.7 Sistem stratifikasi pada masyarakat Indonesia Sistem pelapisan sosial yang pernah berlaku/dialami oleh masyarakat di Indonesia diantaranya akan dibagi pada berikut ini: A. Sistem pelapisan pada masyarakat pertanian      Berdasarkan pemilikan tanah, masyarakat pertanian dapat di bedakan atas 3 lapisan, yaitu:
    • Lapisan tertinggi, yaitu petani yang memiliki rumah, perkarangan, serta lahan. 
    • Lapisan menengah, yaitu petani yang memiliki rumah serta perkarangan. 
    • Lapisan terendah, yaitu petani yang tidak memiliki rumah, perkarangan ,serta lahan. 
     Berdasarkan kreteria ekonomi :
    • Lapisan pertama : kaum elit desa yang memiliki cadangan pangan dan pengembangan usaha
    • lapisan kedua terdiri dari orang yang memiliki cadangan pangan saja
    • Lapisan ketiga : orang yang tidak memiliki cadangan pangan dan cadangan usaha dan mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan konsumsi perutnya agar tetap hidup
    Gambar :

    B. Sistem stratifikasi sosial pada masyarakat feodal      Pola dasar masyarakat feodal sebagai berikut:
    • Raja dan kaum bangsawan merupakan pusat kekuasaan dan harus dihormati. 
    • Terdapat lapisan utama, yaitu Raja dan kaum bangsawan dan lapisan bawah, yakni rakyat. 
    • Ada pola ketergantungan dan patrimonialistik, artinya kaum fedral merupakann panutan yang harus disegani, sedangkan rakyat harus menghambat dan selalu dalam posisi di rugikan. 
    • Terdapat pola hubungan antar kelompok yang ddeskriminatif. 
    • Golongan bawah cenderung memiliki sistem stratifikasi tertutup. Contoh lapisan sosial pada masyarakat feodal
    a. Lapisan sosial pada masyarakat Surakarta dan Yogyakarta 1. Kaum bangsawan. 2. Golongan priyayi, yaitu pegawai kerajaan yang memiliki pendidikan tinggi. 3. Golongan wong cilik. Gambar :

    b. Lapisan sosial pada masyarakat Aceh 1. Keturunan raja atau bangsawan 2. Golongan kedua meliputi olei baalang 3. Rakyat biasa Gambar :

    c. Lapisan sosial pada masyarakat Makassar 1. Golongan bangsawan atau keturunan raja: o Ana karung, Ana karaeng 2. To-Merdeka 3. ATTA C. Sistem stratifikasi sosial pada zaman Belanda Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini : Gambar :

    1 Golongan Eropa 2. Golongan Timur Asing 3. Golongan Bumi Putera D. Sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini : 1 Golongan Jepang 2. Golongan Bumi Putera 3. Golongan Cina & Eropa Gambar :

    E. Sistem stratifikasi sosial pada zaman Industri modern Secara garis besar digambarkan seperti bagan berikut ini : 1. Kel. Profesional 2. Kel. Profesional awal dan semi profesional 3. Buruh rendahan Gambar :